https://jambi.times.co.id/
Ekonomi

Hari Oeang Republik Indonesia: Dari Lembaran ORI ke Simbol Kedaulatan Ekonomi Bangsa

Kamis, 30 Oktober 2025 - 11:44
Jejak Sejarah Lembaran ORI ke Simbol Kedaulatan Ekonomi Bangsa Oeang Republik Indonesia (ORI)(Kemenkeu)

TIMES JAMBI, JAKARTA – Setiap tanggal 30 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Oeang Republik Indonesia (HORI), sebuah momentum bersejarah yang menandai lahirnya kedaulatan ekonomi setelah proklamasi kemerdekaan. Oeang Republik Indonesia (ORI) bukan sekadar alat tukar, tetapi simbol identitas dan kemandirian bangsa di tengah gejolak pasca-kolonial.

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, pemerintah Indonesia menghadapi tantangan besar: bagaimana membangun sistem keuangan yang berdaulat di tengah situasi politik yang belum stabil. Kala itu, masyarakat masih menggunakan uang peninggalan Belanda dan Jepang—mata uang asing yang tidak lagi mencerminkan kemerdekaan ekonomi bangsa.

Untuk menjawab tantangan itu, Menteri Keuangan AA Maramis membentuk Panitia Penyelenggara Pencetakan Uang Kertas Republik Indonesia pada November 1945. Proses pencetakan dilakukan secara tersebar di Jakarta, Malang, dan Yogyakarta, demi keamanan dari ancaman militer Belanda yang masih aktif.

Desain pertama ORI digarap oleh pelukis Abdulsalam dan Soerono, sementara pencetakan dilakukan di Percetakan Republik Indonesia. Hasilnya, lahirlah uang kertas pertama Republik Indonesia—ORI—yang mencerminkan semangat perjuangan dan budaya bangsa.

Pidato Bersejarah Mohammad Hatta

Sehari sebelum ORI resmi beredar, pada 29 Oktober 1946, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengumumkan penerbitan uang baru ini melalui siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta. Dalam pidatonya, Hatta menegaskan makna besar dari mata uang nasional.

“Uang sendiri itu adalah tanda kemerdekaan negara,” ujar Hatta dalam pidato yang kini dikenang sebagai tonggak kedaulatan ekonomi bangsa.

Esok harinya, 30 Oktober 1946, ORI resmi beredar dan ditetapkan sebagai alat pembayaran sah pertama Republik Indonesia. Sejak saat itulah, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Oeang Republik Indonesia.

Tantangan dan Perjuangan Ekonomi

Namun perjalanan ORI tidak berjalan mulus. Pemerintah saat itu menghadapi inflasi tinggi, keterbatasan bahan baku, dan krisis kepercayaan publik terhadap uang baru. Berbagai kebijakan moneter diambil untuk menstabilkan ekonomi, termasuk pengendalian harga dan pengawasan peredaran uang.

Kondisi ini juga memunculkan varian lokal, seperti Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA), yang diterbitkan oleh pemerintah daerah di luar kendali pusat. Meski begitu, semangat kedaulatan ekonomi tetap terjaga.

Dari ORI ke Rupiah

Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949, Indonesia memasuki masa Republik Indonesia Serikat (RIS), dan pemerintah mengganti ORI dengan uang RIS pada 1950. Tak lama kemudian, Undang-Undang Mata Uang 1951 menegaskan rupiah sebagai alat pembayaran resmi yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

Secara resmi, ORI berhenti berlaku pada 2 Oktober 1949, namun nilai sejarahnya tak pernah padam. ORI menjadi fondasi dari sistem keuangan nasional yang berdiri di atas kemandirian bangsa.

Makna Hari Oeang Hari Ini

Kini, Hari Oeang Republik Indonesia tidak hanya menjadi peringatan sejarah, tetapi juga momentum refleksi bagi seluruh masyarakat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pengelolaan keuangan yang sehat. Di balik setiap lembar rupiah yang kita genggam hari ini, tersimpan semangat perjuangan dan kedaulatan yang sama dengan para perintis ORI.

Lebih dari sekadar alat transaksi, rupiah adalah identitas bangsa dan simbol kemerdekaan ekonomi Indonesia—sebuah cita-cita yang mulai bersemi pada lembaran ORI, 30 Oktober 1946.(*)

Pewarta : Rochmat Shobirin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jambi just now

Welcome to TIMES Jambi

TIMES Jambi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.