TIMES JAMBI, YOGYAKARTA – Pasca kericuhan yang terjadi pada Sabtu (30/8/2025) dini hari di Mapolda DIY, suasana Kota Yogyakarta kembali dihiasi dengan pesan damai dari warganya.
Spanduk-spanduk berisi seruan menjaga ketenteraman dan keistimewaan Jogja bermunculan di berbagai titik strategis, mulai dari kawasan Malioboro, Tugu Pal Putih, Balai Kota Yogyakarta, Kampus UIN Sunan Kalijaga, hingga perempatan Jalan Magelang.
Isi spanduk yang terbentang pun sarat makna, di antaranya:
- “Jogja Istimewa, Mari Kita Jaga Bersama.”
- “Damai Itu Indah, Jangan Rusak Jogja dengan Kekerasan.”
- “Ayo Jaga Jogja Tetap Aman, Nyaman, dan Kondusif.”
- “Jogja Berbudaya, Jogja Cinta Damai.”
Langkah spontan ini muncul sebagai bentuk keprihatinan warga terhadap aksi perusakan mobil, motor, dan fasilitas umum saat demonstrasi.
Suara Warga: Jogja Harus Kembali Tenang
Warga Condongcatur, Sleman, turut menyuarakan dukungan lewat spanduk di berbagai padukuhan seperti Sanggrahan, Kentungan, Gandok, hingga Pringwulung. Menurut mereka, aksi damai ini adalah bukti cinta pada Yogyakarta.
“Saya lahir dan besar di Jogja. Kalau ada masalah, mari kita selesaikan dengan dialog, bukan dengan merusak. Jogja itu rumah kita, jangan sampai tercoreng,” kata Slamet (52), warga Kentungan, saat ditemui, Selasa (2/9/2025).
Hal senada diungkapkan Dewi, seorang pedagang angkringan di kawasan Tugu. Ia mengaku sempat khawatir dengan kericuhan, tetapi kini lega melihat solidaritas warga.
“Alhamdulillah, spanduk-spanduk ini bikin suasana lebih adem. Saya yakin Jogja bisa cepat pulih,” ujar Dewi.
Tokoh Masyarakat: Jaga Nilai Kekeluargaan Jogja
Tokoh masyarakat Condongcatur, Subagyo, menegaskan pentingnya menjaga tradisi rukun dan guyub yang sudah menjadi ciri khas Yogyakarta.
“Yogyakarta itu istimewa bukan hanya karena status daerahnya, tapi juga karena nilai-nilai luhur masyarakatnya. Tingkat kekeluargaan di sini sangat tinggi. Mari kita jaga agar konflik tidak melebar,” ungkapnya.
Ia pun mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengedepankan musyawarah. “Kalau ada masalah, ayo dibicarakan dengan hati dingin. Jangan mudah terprovokasi. Kita harus menumbuhkan kembali nilai-nilai budaya damai yang diwariskan leluhur kita,” tambahnya.
Peran Jaga Warga di berbagai padukuhan juga mendapat apresiasi. Mereka aktif mengawal suasana tetap kondusif pasca kericuhan. Melalui spanduk dan posko warga, gerakan ini mendorong masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpancing isu yang bisa memecah belah.
Salah satu spanduk yang cukup mencuri perhatian berbunyi: “Ayo Jaga Jogja Bersama, Istimewa Daerahnya, Istimewa Orang-orangnya.”
Pesan sederhana namun kuat ini menjadi pengingat bahwa keamanan dan kedamaian bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab bersama seluruh warga.
Ajakan Damai untuk Semua
Warga Jogja sepakat bahwa keamanan adalah fondasi utama keberlangsungan aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, gerakan pemasangan spanduk damai diharapkan bisa menumbuhkan kembali rasa persaudaraan.
“Jogja itu kota pelajar, kota budaya, sekaligus rumah kita bersama. Jangan sampai tercoreng oleh tindakan anarkis. Mari kita rawat Jogja dengan damai,” tutur Ratna (22), seorang mahsiswa UIN Sunan Kalijaga.
Dengan semangat kebersamaan, warga berharap Yogyakarta kembali pada jati dirinya: kota yang teduh, ramah, dan penuh nilai luhur. Sekali lagi, mari kita jaga Jogja Istimewa, Damai Itu Pilihan Kita. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Usai Ricuh di Mapolda DIY, Warga Yogyakarta Pasang Spanduk Ajakan Damai
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Ronny Wicaksono |